Aku Tidak Paham Media Sosial: Sebuah Rant Tanpa Sitasi
Aku merasa seperti boomer yang ketinggalan jaman.
Perkiraan waktu baca: menit
Pembuka
Aku menulis ini utamanya karena aku sudah lama tidak menulis disini, di blog ini. Selama beberapa bulan terakhir aku melakukan ghostwriting(baca=joki tugas) untuk seseorang yang seharusnya lebih pintar dan berpengetahuan daripada ku. Orang yang sebelumnya kupandang tinggi, namun sekarang tidak lagi.
Tapi, post ini bukan tentang semua itu. Post ini tentang aku, yang merasa tidak cocok dengan media sosial.
Ini akan menjadi post yang singkat.
Aku tidak paham dengan TikTok
Entah aku ini autis atau apa, aku tidak suka dengan overstimulasi dari TikTok. Dengan batas 1 menit per video, aku merasa di stimulasi secara berlebihan dengan berbagai video singkat, meme, dan informasi yang terlalu padat dan tidak menyisakan ruang untuk kejelasan tanpa ambigu.
Selain itu, sadarkah kalian jika TikTok itu mirip seperti judi slot? Scrolling = spin, saat kalian berhenti karena menemukan video yang menarik = gacor, kalian scrolling lagi = spin, saat kalian berhenti karena menemukan video yang menarik lagi = gacor, lalu kalian terus scroll dan scroll dan scroll karena tidak ada yang menarik, seperti penjudi yang terus menekan tombol spin berulang-ulang.
Aku tidak paham dengan Facebook, Instagram, Twitter (X)
Akan ku kelompokkan ketiga media sosial ini.
Secara garis besar, aku tidak paham dengan navigasi Facebook. Ada terlalu banyak menu dan tabs dan aku tidak paham harus memulai dari mana. Homepage ku juga menampilkan hal-hal yang tidak ku minta.
Aku tidak paham Instagram dan fokus mereka ke posting foto dan video, sungguh mimpi buruk privasi. Aku juga merasa overstimulasi dari Instagram, dan homepage ku isinya antara: politik, ragebait agama, atau informasi yang terkesan tidak berbobot. Fitur search menampilkan viral dan hal-hal yang tidak ku minta. Komentar mati otak semua, tidak ada ruang untuk diskusi intelektual, karena semua penggunanya antara bodoh, merasa paling benar, merasa paling suci, atau semuanya.
Aku sungguh, sungguh, sungguh tidak paham loop Instagram yang berfokus pada video dan foto. Beri aku tulisan panjang!
Twitter, X, apapun namanya sekarang. Peron ini kurang lebih sama dengan Instagram, namun setidaknya komentar yang ada sedikit lebih berbobot.
YouTube dan Wattpad
Ini mungkin agak mengagetkan, tapi YouTube dan Wattpad juga merupakan sosial media.
Aku menggunakan YouTube seakan itu adalah TV, seperti mayoritas pengguna YouTube yang lain.
Aku menggunakan Wattpad seperti itu adalah perpustakaan daring. Tentu, buku-bukunya kadang agak nyeleh, terlalu halu, atau terlalu nafsu. Walau begitu, selalu ada penulis-penulis yang membuat karya berbobot. Aku dulu juga menulis di Wattpad, sebelum pindah ke sini(fauxnet)(FauxOpinia).
Discord
Aku ingin memahami Discord, tetapi aku terlalu introvert -_-
Tumblr
Mengingat masyarakat dan budaya kita, Tumblr bisa menjadi media sosial yang kontroversial. Walau begitu, jika ada satu hal positif yang bisa kujamin dari Tumblr, itu adalah fokus mereka ke konten tertulis. Cukup ikuti hashtag #writing, dan tiba-tiba homepage ku dipenuhi oleh postingan tulisan. Entah itu cerpen, fanfic, writing prompts, tips untuk penulis, rant spesifik dari penulis, dan semacamnya.
Algoritmanya juga patuh. Homepage Tumblr hanya akan menampilkan postingan dari akun-akun yang diikuti, dan hastag yang diikuti. Enggak ada engagement atau viral-viralan. Pretty neat. Walau begitu, pengguna Indonesia agak sedikit.
Blogger?
Apakah Blogger termasuk media sosial?
Komentar
Posting Komentar